Perempuan Villa

“ sini sini kesini….”

Panggilan pagi yang sulit aku hindari bahkan jika aku bisa. ini bukan panggilan biasa, suaranya mendayu dan halus. Ritmenya pelan dan menenangkan.

Sabtu pagi kami bertolak dari kantor menuju tempat istirahat sejuta umat Jakarta , Puncak. Kami berangkat ber 12, 8 perempuan 2 laki- laki. Kawan satu team yang ingin bersama – sama melepas penat disela pekarjaan yang menumpuk. Dengan menumpang 3 mobil kami berangkat pagi –pagi untuk menghindari macet. Padahal si mau berangkat jam berapapun pasti kena macet tinggal berapa lama saja yang jadi patokan. Menjelang sore kami tiba di vila yang kami sewa. Vila 3 kamar dengan kolam renang dibagian belakang.  Acara bebas dan chit chat berlangsung setelah makan malam.

Aku tidur di kamar depan, kamar yang menghadap kearah view gunung dan lembah. Awalnya ketika aku mandi aku mulai merasakan hal aneh. Aku dapat urutan mandi yang ke 4 stelah magrib. Kamar mandi ber bath tub dan wastafel dilengkapi kaca di sebelah kirinya. Saat memasuki ruangan yang hanya 2 x 2 m ini aku merasakan ada hembusan nafas halus dan teratur. Aku mengabaikannya, mungkin aku hanya berhalusinasi.  Saat aku selesai membasuh rambutku dan mengeringkannya aku mendengar suara lirih kali ini bukan nafas tapi tangisan. Lalu aku buru – buru membuka pintu kamar mandi setelah selesai memakai baju. Dan bergabung dengan kawan di ruangan tengah dan tidak ada yang menangis.  Ada yang tidak beres dengan villa ini.

Jam 12 malam aku merasakan ada hawa aneh memasuki ruang tengah vila kami. Ada bau anyir yang hanya bisa aku cium, kawan  -kawanku tak mencium bau aneh tersebut. Ruangan tengah vila ini langsung terhubung dengan pintu belakang dari arah kolam renang. Dan pintunya terbuka atau lebih tepatnya dibuka si. Dan mataku selalu tertuju pada pintu itu. Tak lama saat aku merasakan ada yang berbeda. Ada seseorang yang berdiri didekat pintu. Tangannya melambai – lambai ke arahku, dan tunggu dulu…. dia tak memiliki wajah…polos.

Aku tersentak dan terdiam, kawanku mengguncang – guncang tubuhku karena aku masih saja melongo kearah pintu. Saat tersadar aku hanya bisa terdiam.  Dan aku memutuskan untuk masuk kamar dan tidur. Aku pikir itu keputusan terbaik, cepat tidur cepat besok pula pikirku. Ternyata aku salah. Saat aku mulai menutup mata aku mendengan orang yang bernyanyi. Sendu sekali. Tapi saat aku membuka mata suara itu mneghilang. Kawan sekasurku sudah terlelap. Tak mungkin aku membangunkannya. Dan menjelang jam 3 aku yang stres karena selalu mendengar suara nyanyian dan tangisan memutuskan untuk bangun dan duduk. Sekali lagi ini pilihan yang salah karena kasur yang menghadap ke jendela itu adalah posisi amat kece untuk melihat sesosok wanita rambut panjang tanpa wajah. Aku pingsan.

Esoknya aku terbangun karena kawanku terlalu keras membangunkanku. Mereka memaksaku ikut  berenang, tapi aku amsih ogah – ogahan dan duudk dipinggir kolam renang. Dan sekali lagi seperti ada yang memanggilku. “ sini, kesini” suara itu membuatku bangkit dan berjalan. Berjalan menuju pojok villa yang  memiliki pohon mangga kueni.  Dan entah apa yang membuatku mengikuti panggilan itu, tapi aku berjalan menuju pohon itu dan… sosok wanita berambut panjang bermuka polos sedang berada diatas pohon itu sambil melambaikan tangan padaku…dan aku pingsan, lagi.

Tinggalkan komentar